Kumpulan Nasehat Sahabat Abdullah bin Mas’ud untuk Kita Semua



Betapa nikmatnya dua hal yang selalu dibenci orang: kematian dan kemiskinan.

Seorang laki-laki yang mendatangi seorang penguasa dan ia membawa agamanya ketika itu, maka saat keluar dari istana penguasa, lelaki itu sudah tidak mempunyai lagi agamanya. Karena ketika itu ia telah melakukan kemaksiatan kepada Allah SWT. Baik dalam bentuk perilakunya, dengan diamnya, atau degan kepercayaannya.


Andai ada seorang yang beribadah kepada Allah SWT di antara Rukun Yamani dan Maqam Ibrahim selama 70 tahun tapi ia menyukai seorang yang zalim, niscaya Allah SWT, di Hari Kiamat kelak akan membangkitkannya bersama orang yang disukainya itu.


Tidak dinamakan suatu pengetahuan dengan banyak meriwayatkan. Yang dinamakan pengetahuan adalah pengetahuan yang disertai rasa takut pada Allah SWT.


Telah hilang kejernihan dunia dan yang tersisa hanyalah kotorannya saja. Hari ini kematian adalah hadiah bagi seorang muslim.


Seorang hamba tidak akan mencapai hakikat keimanan sampai ia mencapai puncak keimanan itu. Ia tidak akan mencapai puncak keimananan itu sampai kemiskinan lebih ia sukai dari pada kemuliaan, kehinaan lebih ia sukai dari pada kemualiaan, dan sampai orang yang memuji dan mencelanya sama di hadapannya.


Menggenggam bara api sampai api itu padam lebih baik bagi salah seorang di antara kalian dari pada ia memprotes keputusan yang telah di tetapkan Allah SWT, dengan mengatakan, “Andai saja ini tidak terjadi”.


Beliau berkata pada murid-muridnya, “Kalian lebih lama salatnya dan lebih bayak ijtihadnya melebihi para sahabat Nabi SAW. Namun mereka lebih zuhud dari pada kalian dalam hal keduniaan dan lebih menyukai akhirat dari pada kalian.”


Seseorang tidak boleh menutup mata dari kemungkaran yang terjadi di istana para penguasa. Jika itu dilakukannya, maka ia juga menanggung dosa orang yang melakukan kemungkaran itu. Ini disebabkan karena ia telah mengetahui kemungkaran itu tapi ia menyetujui dengan sikap diamnya  itu.


Sumber : Kitab al-Thabaqat al-Kubra (Lawaqih al-Anwar fi Thabaqat al-Akhyar) karya 'Abdul Wahhab al-Sya'rani.